Bersiul hati mengepak nada berdawai perih,
Meniti birama berurai nestapa,
Secoret syair tertuang samar di atas kain mori.terngiang isak tangis yang mendalam.
Merdu merintih syair lagu tersunting syahdu ,menyentil gendang telinga terpanah sukma.
Merambat bak benalu di pelosok kalbu.
alunan syair lagu itu sungguh menikam banyak mimpi yang berlalu.
Seonggok gitar tersipu malu,berdawai harmoni cinta yang telah pilu.
Lembut nafsu yang berpijar,manahan onak denging nada yang terdengar.
Berakhir nada kres # terpaut melengking janggal di pengindera rungu.
Keluh syair membungkam nada sopran yg mengalun terjal.
Suling, ,?kemana dawaian mu??????
Semenjak tadi ku tak dengar suaramu yang khas, , , ,apa yang kau bebankan?
Suling menyaut,:aku merasa tak layak di perlantunkan,
Gendang pun menyahut:giliran tabuhanku dimana?.
Apa yang kalian perdebatkan??? Seraya ku berdenging berdiafragma tinggi
Bertannya senada mayor,dari balik krumunan alat penghasil nada.
Senada mayor pun,berirama syahdu membujuk sang suling tuk menyiulkan nada khasnya itu,gendang pun berlalu dengan protesnya, , tack tack dhang dhut, awal gendang bertabuh.
Mengawali reformasi birama,yang di pasung dalam kegengsian.
Dalam nurani yang paling dalam si gendang pun menyadari bahwa dia selama ini diselimuti oleh rasa gengsi yang begitu besar,padahal kegengsian itu adalah suatu penyakit mental yang sangat kejam.
Lemah gemulai seruling memuntahkan nada yang begitu merdu,seolah membawa syahdu si pendengarnya terporosok masuk ke sebuah lembah kedamaian yang begitu
tenang,sejuk,damai.
Dalam dawaiannya pribadi suling menggugah jiwa setiap orang didengarnya.
Sungguh inikah yang dinamakan alat music KAMPUNGAN??????????????
Sungguh ku tak mengerti apa yang dimaksud kampungan itu??????????????
Kau yang merasa KOTAAN!!!!!!ku bangga dengan kecanggihanmu,kubangga dengan masa depanmu,tetapi jangan lupa kau berasal darimana,dari apa,dari siapa????????????????????????
Berkolaborasi adalah jalan tengah untuk mencapai suatu keharmonisan nada yang dapat mengukir dawaian indah di dalam dinding telinga para pendengarnya.
Selaksa mendengar petir menggerutu didalam balutan awan yang bersuku-suku,menawan kalutan hati yang terhibur,si gendang pun bangga dengan kodrat yang dia miliki terpaut dengan keterhiburan banyak hati yang memuji.
Mengelak kaku, sang biola pun tersungging iri merangkul kebanggaan sang gendang.
Mereka berdua tergiring dalam suasana yang begitu menindas parasaan mereka masing2,sehingga terlupakan tentang makna dari keselarasan kolaborasi itu.
Sungguh tak mngerti apa maksud dari apa yang mereka rasakan!!!!!!!